Bupati Agam Benni Warlis(MI/Yose Hendra)
RAUT aut kelelahan terlihat jelas di wajah Bupati Agam Benni Warlis. Kantong matanya pun semakin menebal. Lebih sepekan terakhir ia minim istirahat karena mengomandoi penanganan bencana alam dahsyat yang menerjang wilayah Agam.
Saat ditemui di Balairung Rumah Dinas Bupati Agam, Rabu (3/12) malam, Benni baru saja menyelesaikan rapat koordinasi kesekian kalinya di hari itu, baru selesai sekitar 23.30 WIB. Di hari itu juga dia sudah bolak-balik ke lapangan, ke titik terdampak banjir bandang atau galodo di Agam.
Di Sumatra Barat, Agam adalah kabupaten yang paling parah terdampak banjir bandang atau pun longsor akibat hidrometeolorologi atau pun ekologis. Bahkan, bencana besar dipicu siklon tropis senyar yang secara bersamaan menerjang tiga provinsi di Sumatra meliputi Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat. Benni memastikan bahwa Agam adalah wilayah paling banyak terdapat korban jiwa dan juga masih dalam pencarian.
Berikut petikan wawancara khusus wartawan Media Indonesia, Yose Hendra, langsung dengan Bupati Agam Benni Warlis, terkait dengan perkembangan bencana banjir bandang dan longsor di Agam, dan sejauh mana penanganan, serta tantangan di masa tanggap darurat hingga rehalibilitasi dan rekonsrtuksi ke depannya.
Pak Bupati, pertama saya mengucapkan turut berduka di apa yang menimpa Agam, kita menyaksikan bagaimana Agam porak-poranda anda dan juga nyawa, melayang, kemudian kerusakan begitu massif. Nah, Pak Bupati, sekarang ini hari ke-6, itu berapa kecamatan terdampak, nagari (desa) terdampak. Kemudian angka korban meninggal, yang dinyatakan hilang dan juga kerusakan lainnya?
Kejadian ini sampai sekarang telah menelan korban jiwa manusia yang ditemukan ya, yang meninggal dunia, itu 169 orang. Jadi dari hari ke hari bertambah. Kemudian yang dinyatakan hilang itu ada 86 orang. Tapi saya yakin akan lebih dari itu Kenapa lebih? Jadi yang hilang ini, itu ada yang melaporkan. Kalau saja ada yang satu rumah itu dia meninggal semua, itu gak ada yang melaporkan. Jadi kemungkinan-kemungkinan akan ada akan muncul lagi, dan kayak lain. Ini saja dari kemarin baru 130 kan? 169 sekarang (data per 3 Desember 2025).
Lonjakan sehari 30 orang. Itu dimana saja yang paling banyak?
Jadi yang paling banyak ini memang di Salareh Aia, Kecamatan Palembayan. Itu yang kena longsor. Jadi kejadian-kejadian sebelumnya itu sebetulnya 16 kecamatan. Ini rata, kejadian bencana longsor, kemudian banjir. Seperti itu lazimnya. Kemudian puncaknya pada 27 November itu, Kamis. Inilah yang terjadi di Palembayan. Terjadinya semacam galodoh lah. Saya kita tidak tahu bagaimana sumbernya di atas.
Tapi ada indikasi lain tidak?
Kalau di hulu itu tidak ada. Airnya dari hulu. Air bahnya dari hulu. Kecuali kalau penebangan hutan di daerah-daerah hulu. Kita tidak bisa menyimpulkan. Artinya mendorong pihak lain silahkan untuk meneliti. Ini kan kejadian pertama di sekitar Bukit Barisan itu.
Apakah masih yang terisolir?
Terisolir kita sifatnya putus jalan, tak bisa ditempuh. Jembatan putus, atau longsor beberapa titik. Yang benar-benar hilang tidak ada. Karena yang terisolir itu bisa didistribusikan bantuan. Kalau tak bisa darat, kita distribusikan bantuan dengan mengirim melalui udara.
Nah Bapak Bupati selain kita bicara tadi Korban, kemudian hilang dan lain-lain. Apakah sudah didata berapa rumah yang rusak dan secara ekonomi keseluruhan berapa itu?
Sudah di data, cuma kita belum bisa memastikan. Yang dilaporkan per 3 November 2025, rumah rusak ringan sekitar 400 unit, rusak sedang 98 unit. Kemudian rusak berat ada 400an. Kemudian jembatan yang rusak Ini ada 26 titik, jalan ada 37 titik, tempat ibadah ada 11, sekolah 112 unit sekolah Itu dari SD sampai SMA. Irigasi juga 29 unit, kemudian ternak hampir 4.000 ekor. Areal persawahan yang rusak Itu ada 1659 hektare. Kemudian diperkirakan akan bertambah terus. Sekarang ini dampak secara ekonomi sudah hampir lebih dari Rp600 miliar.
Apa yang paling dibutuhkan Agam untuk percepatan saat ini?
Saya sudah sampaikan, kita kekurangan alat berat. Saya minta 10 unit lagi untuk disebar ke Malalak, Salareh Aia mungkin sekitar 3-4 lagi. Alat itu kita sebar untuk percepatan.
Kita juga butuh genset yang menjadi andalan penerangan saat ini sekitar 10 lagi. Selanjutnya air minum, termasuk MCK di titik pengungsian. Kita hanya bisa minta, karena tidak ada uang lagi. Kita juga minta ke pengusaha atau perantau.
Berapa banyak titik pengungsian?
Sekarang ada 20 titik dengan jumlah 15 ribu jiwa. Tapi ada juga yang masih terisolasi dengan jumlah penduduk sekitar 20 ribu jiwa.
Apakah Agam sanggup mengatasinya? Ini kan kerugian masyaraka kita.
Apakah sanggup? Kita tak sanggup. Kita sanggup menggerakkan masyarakat gotong royong atau perantau membantu. Tapi Pemerintah Agam tidak akan sanggup mengembalikan ke posisi semula. Maka kita juga berharap untuk perantau semua. Kondisinya, kita mundur mungkin bisa 20 tahun yah posisinya. Posisinya jalan yang rusak, sekolah yang rusak, jembatan putus, Agam tidak akan sanggup. Makanya sekarang Agam menyatakan darurat sejak tanggal 27 November. Ada suratnya.
Walaupun nasional belum menyatakan darurat?
Agam yang darurat. Jadi salah satu hal penting ketika Agam menyatakan Ini darurat, maka provinsi bisa masuk, pusat bisa masuk. Apakah jalan-jalannya nasional, apakah jalan-jalan kabupaten, apakah jalan-jalan provinsi, itu bisa dimasuki oleh pusat.
Itu kan tahap emergensi. Kalau penanganan jangka Panjang bagaimana?
Kalau bicara jangka panjang, nanti kan ada rehabilitasi rekonstruksi. Kita ajukan. Rehab-rekon itu pemerintah pusat lagi melakukan. Makanya ada namanya BNPB, lembaga penanggulangan bencana nasional. Jadi mereka akan turun ketika kita memang tidak sanggup.
Ketidaksanggupan dari sisi anggaran berapa? Sekarang posisi anggaran untuk penanganan bencana berapa?
Pasti dari sisi anggaran. Untuk kabupaten istilanya dana Bantuan Tak Terduga (BTT). Kalau setahun kemarin BTT kita untuk tahun 2025 Rp5 miliar. Sebelum terjadi bencana posisinya tinggal Rp1,5 miliar. Tidak berapa artinya. Dengan kondisi bencana seperti ini sudah habis. Umurnya paling seminggu untuk memamaksimalkan penggunaan anggaran itu.
BTT itu penggunaannya selama ini, misal kita tanggap darurat, ada jembatan roboh, jalan rusak, kita perbaiki. Ada bangunan irigasi rusak, kita perbaiki.
Berarti Agam defisit sekarang?
Ya sekarang untuk bencana tak ada lagi. Kalau untuk menyambangi lokasi atau titik bencana sekarang, BBM kita ada. Tapi untuk membiayai tak bisa. Misal memperbaiki jalan, jembatan tak bisa. Makanya darurat kan. Maka jembatan darurat dulu, bagaimana mobil lewat. Dengan harapan dibangun permanen nanti.
Apakah Agam paling terdampak?
Dibanding kabupaten lain, Agam paling parah. Seluruh kabupaten terdampak di Sumatra, untuk kabupatennya kita paling banyak dari sisi korban. Ini dinyatakan langsung juga oleh pihak BNPB.
Apakah perlu penetapan status nasional, seperti disuarakan kepala daerah terdampak lain?
Kita tak seperti itu caranya. Kita bikin laporan, menyurati. Untuk status nasional kita tak bisa. Kita tak tahu dampak lain di kabupaten lain. Kalau hanya dengan dana provinsi juga tidak sanggup. Kan sudah dinyatakan Pak Gubernur juga. Kami menyatakan bahwa Kabupaten Agam tidak punya anggaran lagi menyelesaikan ini. Maka kita usulkan ke pemerintah pusat, dan sudah direspons BNPB. Maka sudah beberapa hari ini kita didampingi. Artinya pusat sudah terlibat di sini.
Sekali lagi penegasan, kalau menurut Bapak Bupati bencana ini secara narasi, apakah memang hidrometeorologi dengan narasi tunggal atau memang faktor ekologis atau kerusakan lingkungan?
Kalau faktor lingkungan, maksudnya kerusakan-kerusakan, saya tidak yakin dengan itu. Kenapa? Karena semua longsor ini kan semua kecuali pada daerah-daerah yang terjadi penebangan hutan. Itu memang iya.
Kalau kita khusus Agam, bukan penyebabnya itu. Saya berani katakan itu, karena saya cuma lihat khusus untuk Salareh Aia, ini hampir sama dengan galodo Gunung Marapi. Karena hujannya lebat. Kalau di Malalak hampir sama. Kalau hujan biasa-biasa saja, tidak ada bencana. Kalau tebing runtuh sedikit biasa.
Menurut Pak Bupati, apakah kejadian bencana ini mungkin masyarakat sudah mengabaikan pengetahuan lokal soal kebencanaan?
Bukan ini kan di Salareh Aia, memang masyarakat di situ belum pernah punya pengalaman. Kalau di Salareh Aia baru sekali, jadi tak memahami apa pun yang terjadi. Itu sangat mendadak sekali. Beda dengan pengalaman masyarakat di Sungai Batang, Tanjung Sani. Korban tak banyak, karena mereka sering mengalami hal yang sama. Kalau ada tanda-tanda mereka sudah tahu dan cepat menghindar.
Ke depan perlu tidak untuk memasifkan mitigasi berbasis nagari?
Ini perlu dengan mengedukasi masyarakat. Jangan terulang lagi. Kita di Agam lengkap potensi bencana deperti galodo, longsor, gempa, erupsi.
Apakah Agam membuka diri untuk dibantu?
Kita sangat terbuka. Baik perantau, maupun LSM. Menurut kita untuk pengananan bencana besar seperti ini. Basamo Mako Bajadi (bersama maka bisa diatasi).
Apakah babakan penanganan yang suda...

14 hours ago
1




























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378189/original/057508300_1760218015-AP25284765147801__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378185/original/075981100_1760216848-AP25284735312485.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5373515/original/005480400_1759823965-WhatsApp_Image_2025-10-07_at_14.42.51.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378190/original/039584900_1760218805-haaland_norwegia_israel.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379757/original/042945100_1760361661-1.jpg)




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5149557/original/032636000_1740992613-non-explicit-image-child-abuse.jpg)