Bukan Cuma Lansia, Anak-Anak pun Bisa Kena Osteoporosis

1 month ago 14
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Selama ini osteoporosis dikenal sebagai penyakit yang menyerang orang lanjut usia. Namun, siapa sangka, anak-anak pun bisa mengalaminya. Kondisi ini jarang disadari, padahal dapat berdampak serius pada pertumbuhan dan kualitas hidup anak di masa depan.

Dokter Anak - Ahli Endokrinologi di Brawijaya Hospital Antasari, dr. Frida Soesanti, Sp.A (K), tulang anak tidak hanya tumbuh panjang dan besar, tapi juga bertambah padat seiring waktu.

"Puncak kepadatan tulang justru terjadi di usia 20–30 tahun. Setelah itu, kepadatannya akan menurun secara bertahap," ujarnya.

Karena itu, masa anak dan remaja disebut sebagai 'masa menabung tulang'. Jika pada usia muda anak tidak mendapat cukup kalsium, vitamin D, dan aktivitas fisik, risiko osteoporosis di masa dewasa akan meningkat.

"Kalau saat remaja tabungan tulangnya rendah, saat dewasa tulangnya akan lebih cepat rapuh," lanjut dr. Frida.

Promosi 1

Osteoporosis Anak Bukan Sekadar Tulang Rapuh

Osteoporosis pada anak berbeda dengan yang dialami oleh orang dewasa. Salah satu penyebab utamanya bisa berasal dari faktor genetik, misalnya osteogenesis imperfecta (OI), kelainan bawaan yang membuat tulang mudah patah bahkan tanpa benturan keras.

dr. Frida, mengatakan, OI disebabkan karena gen yang mengkode kolagen tulang tidak normal. "Bayangkan tulang seperti bangunan. Kalsiumnya bagus, tapi semennya atau kolagennya kurang. Jadi tulangnya tetap rapuh," katanya.

Dia juga mengungkapkan bahwa dalam lima tahun terakhir, jumlah kasus OI semakin meningkat. "Ada pasien yang baru berusia satu tahun sudah mengalami patah tulang berulang. Bahkan ada yang tulangnya patah sejak dalam kandungan," ujarnya.

Selain faktor genetik, osteoporosis pada anak juga bisa disebabkan oleh penyakit kronis seperti leukemia, lupus (SLE), gangguan ginjal, dan gangguan hati. Salah satu penyebab tersering adalah penggunaan obat steroid jangka panjang.

"Steroid memang dibutuhkan untuk pengobatan penyakit tertentu, tapi penggunaannya harus diawasi ketat," ujar dr. Frida.

Mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan RI, penggunaan steroid dalam jangka panjang dapat menghambat pembentukan tulang dan mempercepat pengeroposan.

"Penelitian menunjukkan, dosis kecil steroid saja bisa meningkatkan risiko patah tulang hingga 18 kali lipat. Kalau pada anak, risikonya tentu lebih besar karena tulang mereka masih berkembang," tambahnya.

Gejala Sering Tak Terlihat

Osteoporosis pada anak sering tidak terdeteksi sejak dini karena gejalanya samar. Anak mungkin hanya mengeluh pegal, nyeri punggung, atau terlihat lebih pendek dibandingkan teman seusianya.

Dalam kasus lain, tulang bisa patah meski tanpa jatuh atau benturan keras. "Kalau anak sering patah tulang tanpa penyebab yang jelas, sebaiknya segera diperiksa. Bisa jadi itu tanda osteoporosis," ujar dr. Frida.

Untuk mendeteksi dini, pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD) dengan parameter Z-score direkomendasikan pada anak. Pemeriksaan ini mengukur kepadatan mineral tulang dan membandingkannya dengan nilai normal sesuai usia dan jenis kelamin.

Kabar baiknya, osteoporosis pada anak bisa ditangani bila diketahui sejak dini. Salah satu terapi yang terbukti efektif adalah penggunaan bifosfonat, obat yang dapat memperlambat pengeroposan tulang dan membantu memperkuatnya.

"Beberapa anak yang menjalani terapi bifosfonat menunjukkan perbaikan signifikan," kata dr. Frida.

"Ada pasien dengan SLE yang tadinya tidak bisa duduk karena fraktur tulang belakang. Setelah terapi satu tahun, dia bisa berjalan dan kembali bersekolah," pungkasnya.

Foto Pilihan

Tenaga kesehatan Siti Nurjanah (kiri) dibantu rekan-rekannya memberikan vaksin campak kepada seorang anak dalam kampanye vaksinasi campak dari rumah ke rumah menyusul wabah di Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, Senin 8 September 2025. (AP Photo/Dita Alangkara)
Read Entire Article