Jakarta (ANTARA) - Head of Research & Chief Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,3 persen pada 2026 dan meningkat menjadi 5,4 persen pada 2027 seiring dampak pelonggaran moneter.
“Ini akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang diharapkan membaik di atas 5 persen, belanja pemerintah yang dipercepat, dan investasi yang juga menjadi salah satu pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi,” kata Rully dalam “Media Day: December 2025”, di Jakarta, Kamis.
Ia juga memperkirakan inflasi tetap terkendali, berada di kisaran 2,5 persen pada 2026, menurun dibandingkan 2,75 persen pada 2025, yang dipengaruhi faktor high base akibat kenaikan harga pangan dan emas. Seiring akselerasi ekonomi pada 2027, inflasi diprediksi meningkat menjadi 2,7 persen.
Dari sisi moneter, pelonggaran kebijakan The Fed jelang akhir tahun akan memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga. The Fed diprediksi akan memangkas suku bunga minimal dua kali pada 2026, dan levelnya bahkan berpotensi turun menjadi sekitar 3,25 persen jika inflasi tetap terkendali.
Namun, untuk Desember 2025, Rully memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga di level 4,75 persen mengingat tekanan rupiah yang masih tinggi, faktor seasonal inflasi, serta kecenderungan historis BI yang jarang menurunkan suku bunga pada Desember.
Penurunan suku bunga diperkirakan lebih memungkinkan pada Januari 2026, dengan potensi penyesuaian tambahan pada kuartal kedua sebelum musim repatriasi dividen pada Mei dan selanjutnya diproyeksikan tetap flat hingga akhir 2026.
Terkait nilai tukar, rupiah dalam beberapa hari terakhir menunjukkan tren penguatan meski masih berada di kisaran Rp16.600-an per dolar Amerika Serikat (AS).
Dengan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang sebagian sudah tercermin di pasar, rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp16.500-an hingga akhir 2025, dengan potensi penguatan lebih lanjut jika sinyal penurunan suku bunga The Fed untuk 2026 semakin jelas.
Dari sisi fiskal, Indonesia menghadapi keterbatasan dari penurunan penerimaan yang menyebabkan pelebaran defisit anggaran.
Rully mengingatkan bahwa arah kebijakan fiskal dan defisit perlu diperhatikan dan dijaga, terutama dari sisi penerimaan. Dalam hal ini, pemerintah perlu menjelaskan strategi penerimaan ke depan, apalagi dengan banyaknya program yang direncanakan pada 2026.
Sementara dari sisi risiko global, fragmentasi perdagangan dan proteksi negara maju menjadi perhatian utama. Ia menekankan, hilirisasi industri menjadi kunci untuk meningkatkan investasi dan mendorong ekspor bernilai tambah.
Koordinasi kebijakan antara pemerintah, BI, serta kementerian teknis terkait seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian ESDM, serta dukungan Danantara dinilai sangat penting untuk mempercepat kebijakan hilirisasi dan meningkatkan investasi.
“Harmonisasi kebijakan ini akan menjadi penentu apakah ekonomi kita akan tumbuh jauh lebih tinggi di 2026 atau mungkin tidak sesuai ekspektasi. Karena market sebenarnya dengan saat ini IHSG di 8.600, tentu saja berharap ekonomi di 2026 akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di 2025,” kata Rully pula.
Baca juga: DPR memastikan revisi UU P2SK tak ganggu independensi bank sentral
Baca juga: Purbaya prediksi ekonomi melambat tipis akibat dampak bencana
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.




























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378189/original/057508300_1760218015-AP25284765147801__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378185/original/075981100_1760216848-AP25284735312485.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378190/original/039584900_1760218805-haaland_norwegia_israel.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5373515/original/005480400_1759823965-WhatsApp_Image_2025-10-07_at_14.42.51.jpeg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379757/original/042945100_1760361661-1.jpg)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5149557/original/032636000_1740992613-non-explicit-image-child-abuse.jpg)