Kurangnya Pemahaman Kesehatan Reproduksi Picu Tingginya Kehamilan Remaja

1 week ago 16
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam memahami kesehatan reproduksi (Kespro), khususnya di kalangan remaja. Minimnya pengetahuan dasar tentang fungsi tubuh dan seksualitas ini berujung pada tingginya angka kehamilan remaja dan pernikahan anak, yang membawa dampak komplikasi kesehatan yang tidak main-main.

Ketua Umum Pengurus Pusat Perkumpulan Obstetri dan Glinekologi, Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K), MPH, FRANZCOG(Hons), menyebut bahwa kehamilan remaja di Indonesia masih berada di angka sekitar 10 persen.

"Angkanya dan komplikasinya cukup tinggi, lah," kata Budi dalam acara penandatangan MoU antara SPRIN dan POGI pada Rabu, 26 November 2025.

Salah satu akar masalah dalam rendahnya pemahaman kesehatan reproduksi di Indonesia adalah persepsi masyarakat yang masih menganggap ini sebagai hal yang tabu.

Pembahasan mengenai organ reproduksi, hubungan seksual, menstruasi, ejakulasi, hingga masturbasi kerap disalahartikan sebagai materi pornografi.

Akibatnya, edukasi yang seharusnya bersifat ilmiah dan bertujuan melindungi kesehatan justru sulit diterima oleh sebagian kelompok.

Pentingnya Edukasi Kesehatan Reproduksi

Lebih lanjut, Budi mengatakan bahwa edukasi kesehatan reproduksi sangat penting dan harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan masyarakat. "Kita melakukan edukasi sesuai dengan target audiensi, siapa yang mengedukasi anak SMP itu beda dengan SMA. Apalagi dengan mahasiswa ya, modul-modulnya mesti disesuaikan," ujarnya.

Pendekatan yang tepat dinilai dapat membantu remaja memahami tubuh mereka dan mencegah risiko penyakit, termasuk kanker serviks.

Selain itu, aspek adat istiadat, budaya, dan agama juga perlu diperhatikan agar materi edukasi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Dengan pendekatan yang lebih sensitif dan terarah, upaya peningkatan literasi kesehatan reproduksi diharapkan dapat berjalan lebih efektif.

Menghadapi 'Beban Ganda' Kesehatan Reproduksi

Indonesia sendiri saat ini dalam posisi menghadapi beban ganda kesehatan reproduksi. Meskipun Undang-Undang telah menetapkan batas usia pernikahan. Faktanya, pernikahan di bawah 18 tahun masih banyak ditemukan.

"Kita masih temukan ada kematian ibu pada kehamilan lebih dari 3, 4, 5, pernikahan di bawah 18 tahun kita masih temukan," kata Budi.

Beberapa indikator kesehatan perempuan yang masih mengkhawatirkan antara lain:

  • Kelahiran Remaja: Masih di angka 20 persen.
  • Perkawinan Anak (usia di bawah 19 tahun): Masih ditemukan sekitar 10 persen.
  • Angka Anemia Ibu Hamil: Sangat tinggi, mencapai 49 persen.

Kemudian, Kanker serviks lebih dipengaruhi oleh hubungan seksual multipartner, kehamilan remaja atau perkawinan anak merupakan faktor utama yang meningkatkan kesakitan pada ibu hamil.

Kolaborasi Pendidikan untuk Meningkatkan Kesadaran

Dalam upaya mengatasi minimnya literasi ini, kolaborasi melalui jalur pendidikan (sekolah hingga kampus) menjadi strategi utama.

Selain itu, organisasi kesehatan juga berencana untuk memperluas kampanye mengenai kesadaran risiko kanker serviks. Tujuannya agar mendidik kader atau champion sprint melalui sekolah. Hal ini mencakup penyusunan modul edukasi remaja yang tepat, baik di lingkungan sekolah maupun di luar.

Kemudian, pemerintah dan lembaga terkait didorong terus untuk memperkuat edukasi kesehatan reproduksi yang komprehensif, jujur, dan sesuai dengan norma, demi memastikan remaja indonesia memiliki pengetahuan dasar yang memadai untuk melindungi kesehatan fisik, mental, dan sosial mereka. 

Read Entire Article