Seorang anak korban banjir bandang, memasak menggunakan kayu bakar.(MI/ Amiruddin Abdullah Reubee)
NESTAPA korban banjir Sumatra masih jauh dari usai, meski air sudah surut. Jangankan bangkit, hingga hari ke-10 pascabanjir mereka masih sulit untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasar harian karena listrik yang belum menyala dan elpiji pun langka.
Sesuai penelusuran Media Indonesia di kawasan Provinsi Aceh, sudah hampir dua pekan sejak banjir bandang terjadi, elpiji masih kosong di pangkalan dan tempat pendistribusian lainnya. Warga berusaha mencari kayu bakar sebagai bahan bakar alternatif, namun sangat sulit mendapatkan kayu yang kering.
"Elpiji bersubsidi dan nongol subsidi, sama saja langka di pasaran. Kebutuhan dapur harus beralih ke kayu bakar. Untuk mencari kayu juga sulit sekali karena banyak yang lembab akibat hujan terus menerus dan baru terendam air," tutur Farida, warga asal Kemukiman Garot, Kecamatan Indrajaya, Kabupaten Pidie, Sabtu (6/12).
Kondisi tersebut membuat penderitaan warga bertambah. Jikalaupun mendapat bantuan bahan pangan mentah, warga sulit mengolahnya agar bisa dimakan. Pada malam hari, suasana terasa mencekam karena gelap gulita tanpa penerangan.
Di sisi lain, warga tetap berusaha semangat untuk melanjutkan hidup, termasuk sedapat mungkin membuat anak-anak bisa bersekolah. "Kalau malam harus memasak dalam gelap. Saat waktu menyediakan sarapan pagi juga berburu dengan waktu masuk sekolah anak" tutur Nur, perempuan lainnya.
Warga yang berprofesi sebagai pedagang pun mengaku sulit bangkit karena harga barang masih melambung. Mereka merasa dilematis jika harus berjualan dengan harga tinggi dalam kondisi bencana. "Sudah dua pekan tidak berjualan, karena harga barang mahal tidak sesuai dengan harga yang kita jual ke pembeli. Lalu bahan bakar elpiji juga langka" tutur Rahmi, penjual nasi dan kue basah di Desa Aron Pirak, Kecamatan Matangkuli, Kabupaten Aceh Utara. Warga pun merasa kecewa dan dibohongi dengan penyataan pejabat soal pasokan elpiji dan BBM yang tetap lancar. (M-1)

3 hours ago
4



























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378189/original/057508300_1760218015-AP25284765147801__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378185/original/075981100_1760216848-AP25284735312485.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5373515/original/005480400_1759823965-WhatsApp_Image_2025-10-07_at_14.42.51.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378190/original/039584900_1760218805-haaland_norwegia_israel.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379757/original/042945100_1760361661-1.jpg)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5149557/original/032636000_1740992613-non-explicit-image-child-abuse.jpg)
